Teruntuk
engkau, imamku esok hari..
Aku
ingin mendengar fasih dan lantang suaramu kala mengucapkan janji suci atas nama
Allah di depan penghulu, pada suatu waktu, sebelum usiaku menapaki seperempat
abad. Aku ingin mendengar janji tanpa keraguan, tanpa kegamangan, tanpa
keterpaksaan dan tanpa kepalsuan. Janji yang akan menjadi suatu mula perjalanan
hidup bersama. Hidup bersama dalam arti sebenarnya, bukan sekedar makan dan
tidur bersama, melainkan mencicipi asam manis kehidupan di bawah atap yang
sama. Saling bergandengan melewati perjalanan yang tak selalu bertabur bunga,
namun juga dihiasi onak duri serta jalan yang berkelok, menerjal. Saling
memberi kekuatan, kala hati terkadang lelah setengah mati dan kejenuhan perlahan
menggerogoti diri.
Teruntuk
engkau, imamku esok hari..
Aku
yang telah kau ambil dari ayah ibuku, tentu bukanlah wanita sempurna, apalagi
di awal pernikahan kita kelak. Jangan marah padaku, jika aku tanpa sengaja
memasukkan terlalu banyak garam pada nasi goreng sarapanmu. Jangan berkata
kasar padaku, jika kopi untukmu ternyata kurang gula, menyisakan rasa pahit di
lidah. Dan jangan pula kau meninggalkan dentuman kasar pada pintu rumah kita,
bila pada suatu ketika aku alpa membangunkanmu yang hendak berangkat kerja.
Karena sayangku, hatiku teramat halus, tegakah kau menyayatnya dengan perlakuan
yang tak lembut? Cukup beritahu aku dengan cara yang baik, dan aku akan belajar
menjadi istri yang selalu engkau rindukan bila ragamu sedang tak berada di
sisiku.
Teruntuk
engkau, imamku esok hari..
Selepas
ijab dan qabul terucap dari bibirmu di depan penghulu kala itu, aku
menyerahkan hidupku seutuhnya padamu. Engkau ku angkat menjadi imam, yang padamulah
aku akan meletakkan kepatuhan setinggi-tingginya. Engkau satu-satunya jodoh yang akan aku jaga dengan
segenap jiwa. Karena itu sayang, jangan pernah kau duakan aku, meski hanya dalam
hatimu sekalipun. Ketika kita telah berbagi nafas di bawah atap yang sama, aku
telah menyingkirkan rasa cinta, suka, kagum, pada makhluk Tuhan bernama lelaki,
selain engkau. Seperti aku yang telah menjadikanmu the one and only, seperti itu pulalah yang aku harapkan darimu.
Teruntuk
engkau, imamku esok hari..
Akulah
yang akan menjadi ibu bagi anak-anakmu kelak. Aku yang akan merawat mereka
dengan sepenuh hati. Jangan cemburu bila kelak cintaku terbagi, perhatianku
terbelah. Karena engkau dan anak-anak bagaikan kepingan puzzle yang berbeda.
Tak kan utuh bila satu tak ada. Sayangku, kelak kau harus bantu aku menjadikan
putra putri kita menjadi sosok tangguh. Sosok membanggakan yang kelak akan
mempermudah jalan kita menuju surga-Nya. Jadilah ayah yang bisa menjadi teman
sekaligus tuntunan bagi mereka. Penuhi kebutuhan mereka, bahkan sebelum mereka
sempat meminta.
Teruntuk
engkau, imamku esok hari..
Ada
masanya, kita akan kembali hidup berdua. Akan ada waktunya anak-anak kita
meninggalkan rumah untuk menulis kehidupan dengan tangan mereka sendiri. Dan
kala itu, mungkin rambutmu telah memutih, badanmu tak lagi setegap dulu,
ingatanmu perlahan mulai melepaskan satu atau dua memori. Aku pun begitu, bila
dulu wajahku berhias make up, kelak akan ada masanya ia berhias keriput. Bila
dahulu aku dengan lincah menyiapkan segala kebutuhanmu, akan ada kalanya aku
tak bisa melakukannya lagi. Namun sayangku, maukah kau berjanji untuk tetap
menyesap teh manis di beranda rumah kita kelak? Masihkah engkau mau berbagi
tawa dan cerita meski kadang obrolan kita terpatah-patah oleh batuk penggerogot
usia? Masihkah engkau berkenan menjaga janji dalam ijab qabulmu
tempo hari, meski waktu dan kondisi telah berganti?
Teruntuk
engkau, imamku esok hari..
Aku
menunggu kau menjemputku, sesegera mungkin, sebelum tapak usia seperempat abad
harus ku lalui seorang diri.
Teruntuk
engkau, imamku esok hari..
Aku
menawarkan secangkir bahagia untuk kita nikmati bersama.
Kelak.
Kelak
pada masanya.
Salam
penuh cinta,
Dari
aku,
bidadarimu
esok hari :’)
wah siapa ya yang dapatkannya nanti. Pasti beruntung nih :) Saya juga suka nasgor :D ini surat saya http://iswahyudi779.wordpress.com/2014/01/06/surat-2-afirmasi-pinangan-2014-yakin-siap-doakan/ . Salam kenal
ReplyDeleteWah, dikunjungi sesama peserta.
DeleteSukses ya mas :)
Mantabs banget puisinya .... benar2 bagus banget.
ReplyDeleteTerimakasih, mas :)
DeleteSolat berjamaah yu..hehe
ReplyDeletehttp://ngocolalaocol.blogspot.com/2014/01/kamukan-yang-jadi-jodohku.html
Good luck, mas :)
Deleteuwaa
ReplyDeletesuratnya, aku yakin deh, siapapun nanti yang jadi imammu, bakal nangis haru intan... >.<
so sweet banget soalnyaaa
Waaaauu, melayang terbang dipuji mbak Pey :D
DeleteMakasih banyak ya mbak. Kalo mbak Pey ikutan, pasti bakal jauh lebih sweet ^^
Waaaaa... Mbak ini manis menggigit #Plak...
ReplyDeleteSukses Mbak ^_^
Sukses GA dan jodohnya. aamiin :)
Ayo surat Mia manaa?
DeletePasti lebih cetar deh :D
Makasih banyak ya, Mi ^^
Eaaa.....yang single2 kok pada pinter buat surat ya
ReplyDeletePengen ikutan tapi binun mau nulis apa haha
Hahaaaa, nulisnya sambil merem mbak *malu-malu sih
DeleteAyo mbak Esti. nulis nuliiissss :D
so sweet mbak :)
ReplyDelete