Waktu melaju, membawa kita melesat dari satu fase
kehidupan ke kehidupan lain. Dari zaman bocah, lalu remaja, mendewasa dan
berakhir pada kondisi tua. Tua? Usia berapa yang boleh kita sebut tua? Ah,
sepertinya usia 60 tahun lebih kali ya? Kenapa bisa menyimpulkan seperti itu
Ntan? Karena di usia segitu, rambut mulai memutih, para gigi mulai berlarian
pergi, tulang melemah, ingatan perlahan memudar dan sukses move on, pensiun
dari pekerjaan pun terpaksa atau dengan senang hati harus
dilakukan.
“Ntan,
ntar kalo umur kamu udah +60, kamu mau ngapain?”
“+60?
Gilaa aja. Usia Intan baru 20 lewat dikit kali. 60 tahun itu masih lama!”
“Lama
kalo kita pikirin pake pola matematis. Tapi coba dirasa-rasain deh, waktu
melesat cepet banget, kita sekarang udah hampir lulus kuliah. Hei padahal
kemaren kita rasa-rasanya baru jadi bocah SMA yang ngejalani hidup dengan
suka-suka. Sekarang? Udah kudu mikir gimana cara bertahan hidup pake kekuatan
sendiri kan?”
Aku diam. Mengamati pakaian yang aku kenakan
sekarang : blouse, celana dasar, sepatu. Lihat ke cermin, olalaaa ..
akhir-akhir ini mana bisa aku jauh-jauhan sama lipstik, bedak juga eyeliner. Aku
udah masuk dunia kerja meski masih harus menyelesaikan kuliah. Aku pelan-pelan
menuju … tua.
***
Orang bilang, menjadi tua itu pasti, sedangkan
mendewasa adalah pilihan. Dan memilih untuk mengusahakan kehidupan usia senja
dengan indah adalah salah satu wujud dewasa dalam artian sebenarnya. Aku? Usaha
apa yang sudah, sedang dan akan dilakukan demi menyambut usia yang Insya Allah
akan dikecap itu?
1) Memperbanyak Kemampuan Diri
Semakin banyak yang bisa kita lakukan, maka akan semakin
berkurang ketergantungan kita pada orang lain. Menurutku, menjadi tua tak
selamanya berarti menjadi lemah dan bergantung. Menjadi tua malah bisa menjadi
tempat bergantung, asal kita memiliki kemampuan diri yang melimpah.
Jadi, mumpung masih muda, yuk belajar nyetir mobil sendiri,
biar nanti kalo mau kemana-mana, ndak perlu ngerepoti anak cucu.
Mumpung masih muda, yuk banyak baca, banyak belajar,
biar nanti otaknya nggak mudah pikun. Kalau udah pikun, nyusahin toh?
Mumpung masih muda, belajar ngeblog yuk.. Biar nanti
masa tuanya tetap bisa diisi dengan wara wiri menuangkan isi kepala dan hati,
bukan hanya ongkang-ongkang kaki setiap hari.
Mumpung masih punya tenaga yang melimpah, belajar
bikin usaha hayuk. Biar kata nanti udah pensiun dalam pekerjaan, kitanya tetap
punya pemasukan, tetap punya aktivitas menarik yang jadi penyemangat bangun
pagi.
Oh iya, dengan kemampuan diri yang oke, jangan
cemaskan urusan finansial. Uang dan seabrek-abrek rezeki akan menghampiri
ketika kemampuan memang sudah layak untuk dihampiri.
2) Mempersiapkan Diri agar Layak dihampiri Cinta
Sejati.
Nggak usah bangga deh kalo sewaktu muda
dikejar-kejar sama banyak cinta. Wajar, fisik masih cakep-cakepnya,
cantik-cantiknya. Kalo udah tua tapi tetap dicintai dengan apik, itu baru boleh
dibanggakan.
Orang bilang, cinta adalah pengindah plus pemanis
kehidupan. Jadi, apa coba yang paling membahagiakan selain memiliki cinta
sampai tua? Punya teman ngobrol sambil menyesap teh manis di teras rumah? Punya
teman hidup yang acuh terhadap perubahan fisikmu, namun tetap memandangmu sama
seperti dulu. Dulu. Sama seperti saat pertama bertemu.
Makanya, belajar menjadi pribadi yang layak
dihampiri sebenar-benarnya cinta sedari muda mutlak dilakukan. Jangan asal
comot cinta selagi muda, agar tak sengsara menua sendirian kala senja.
3) Menjaga Pola Hidup Sehat agar Tetap Fresh Meski
Usia Menua.
Salah satu kunci agar tetap bisa menikmati hidup,
adalah kesehatan yang pwol toh? Indah sekali jika sudah tua, tapi raga masih
bergerak lincah, bebas dari macam-macam pantangan makanan, mata masih awas
untuk membaca, telinga masih jeli untuk mendengar.
Kuncinya? Menjaga pola hidup sehat sedari muda.
Tidur : sesibuk apapun, tetap mengusahakan agar bisa
tidur minimal 6 jam dalam sehari. Tidurnya juga kudu benar. Ndak membiarkan
lampu menyala terang di atas kepala selagi terlelep, ndak menyumbat telinga
pake headset selagi kitanya ngorok. Tidur adalah waktu istirahat bagi raga juga
jiwa, makanya, lepaskan sejenak kesibukan duniawi.
Makan : semenggoda apapun makanan cepat saji,
hendaknya terabaikan kala kita melihat sayur mayur, buah-buahan dan makanan
kaya nutrisi lainnya. Say no lah ya buat junkfood, makanan itu hanya akan
menjadi racun kala kelak kita sudah menua.
Olahraga : wara wiri di facebook 15 menit mana
terasa? Coba kalo 15 menitnya kita pake buat olahraga ringan setiap hari, duuhh
berat! Padahal kan kebiasaan olahraga ini bakal bantu kita biar punya kesehatan
oke hingga tua loh. So, mari biasakan diri.
4) Mendekatkan Diri Pada-Nya.
Semakin tua, bukankah semakin mendekat waktu kita
untuk kembali pada sang pencipta kehidupan? Tapi, bukan berarti kita harus
menunggu tua terlebih dahulu baru belajar mendekatkan diri. Bukankah ala bisa
karena biasa? Jika selagi muda kita telah terbiasa mendekat, tentu saat tua
kelak “berbicara pada Tuhan” adalah kebutuhan yang tiada bisa ditinggalkan
barang sebentar.
Jika di masa muda, masa yang masih punya kesegaran
fisik yang oke, tapi malah malas sholat, duh, gimana tuanya?
Jika di masa muda, masa dimana suara masih
merdu-merdunya, tapi malah malas sekali baca Al-qur’an, nanti gimana pas suara
udah susah keluar?
Jika di masa muda, masa dimana punya uang melimpah
dari hasil kerja, tapi malah enggan bersedekah, gimana nanti pas udah tua?
Beribadah secara konsisten, memang bukan perkara
mudah. Tapi jika memang mau membiasa, kita pasti bisa!
***
Tua adalah masa nanti, masa yang harusnya
dipersiapkan sedari kini. Karena kini dan nanti seringkali lekas sekali
berganti. Sebelum menyesal kemudian, mari persiapkan masa tua dengan apik
sedari kini.
Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Giveaway Road to 64 di BlogCamp
ReplyDeleteSegera didaftar sebagai peserta
Salam hangat dari Surabaya
hihihi...jangan banyak makan cokelat nanati giginya habis hehehee
ReplyDeletesukses ya mbk kontesnya^^
hehehe... boleh juga tuh foto2nya Ntan.... :D
ReplyDeleteNarsist. Bekal hari tua. :) Semangaaaat !!!
ReplyDelete