“Ntan,
lagi siaran ya nak? Nanti kalo ada jeda, telpon ibu ya. Kangen.”
Hati aku langsung dirambati perasaan aneh usai
membaca sms ibu semalam, sesak juga perasaan sesal karena jelas aku nggak bisa
menuhin permintaan ibu yang sekedar minta ditelpon. Semalam acara luar biasa
padat, bintang tamu sambung menyambung, launching acara paket pertama &
bertabur hadiah.
Dengan terpaksa, ku ketik perlahan, “Ibu sayang, hari Jumat Intan usahakan
pulang ya. Ini lagi banyak bener bintang tamunya. Besok pagi aja Intan telpon
nggak apa-apa ya?”
“Iya.
Nanti pulangnya hati-hati. Jangan lupa banyak minum air putih, kalo pulang
langsung istirahat.”
Aku nyengir. Antara haru & senang. Beberapa hari
ini aku emang absen ngirim sms, absen nelpon, juga absen pulang ke rumah yang
jaraknya cuma 2 jam dari kost kalo ditempuh pake kendaraan roda 2 dengan
kecepatan sedang. Aku … sibuk. Sibuk nyiapin diri buat tes PBPNS kemarin, sibuk
nyiapin program acara tahun baru, sibuk ngurusin urusan kuliah, sibuk
pacaran dan sibuk-sibuk lain yang nggak begitu aku pahami. Seketika rasa bersalah muncul, aku
sendiri yang pernah bilang “kita nggak
akan pernah nggak punya waktu untuk sesuatu yang kita prioritaskan.”
Nyesek ya, apa artinya buat aku sekarang mereka
berdua bukan lagi prioritas? Nggak kan? Aku cuma .. terlalu sibuk berputar
dengan dunia yang tengah aku bangun. Padahal aku sadar benar, mereka pasti
menguntai doa setiap detik untuk kebaikanku. Sedang aku?
“Heeeiii..
anak gadis ibu pasti baru bangun ya?”
Mataku langsung benar-benar terbuka mendengar sapaan
riang di ujung telepon, padahal beberapa detik lalu aku dengan tenaga super
lemah nyari tombol ‘penjawab telepon’. Eh, bukannya semalam aku yang janji mau
nelpon?
Nggak butuh waktu lama buat bener-bener merasa
fresh, aku bercerita, ibu mendengarkan, sesekali ayah menimpali. Mereka sedang
sarapan berdua sambil melibatkan aku di dalamnya. Perasaan hangat yang nggak
aku temui saat ngobrol dengan siapapun, energi yang tiba-tiba hadir ketika
bercakap dengan mereka. Bersinergi dengan orangtua.
Ketika telepon terputus, aku pun menyadari 1 hal,
ketika aku bisa mendapatkan energy dari sekedar bercakap dengan mereka, seperti
itu pula mereka denganku. Dan aku mengucap janji dalam hati, mereka nggak boleh
ngerasain rindu dan kehilangan energi lagi. Sesibuk apapun, aku akan
menyediakan waktu untuk mereka. Sekedar 2 – 3 sms setiap hari, sekedar telepon
bercerita tentang hari masing-masing, sekedar pulang 2 minggu sekali, sekedar
nabung buat beli kado istimewa di hari istimewa mereka. Sekedar .. yah, hanya
sekedar yang bisa aku lakukan untuk mereka, orangtua yang luar biasa.
Bengkulu pagi hari,
Ditemani sebatang cokelat pekat dan voucher Smochi
gratisan
No comments
Makasih udah baca, tinggalin jejak dong biar bisa dikunjungin balik ^^