Hai adik.
Apa kau ingat cerita tentang kita belasan
tahun lalu? Saat kau baru saja menghirup udara di bumi, saat umurku baru 9
tahun, saat aku begitu membencimu karena satu alasan yang menurutku saat itu melebihi
kata benar : kau merebut mamaku. Kau merebut kehidupanku.
Atas alasan itu, saat sesekali liburan dan
punya kesempatan menengokmu, tak pernah aku mencium pipimu seperti seharusnya,
tak pernah aku menggendongmu sebagai kakak. Malah kadang diam-diam, aku
mencubitmu dengan cukup keras. Tentu saja tanpa sepengetahuan mama. Andai mama
tau beliau mungkin tak akan memarahiku, melainkan memandang kita berdua dengan
wajah penuh luka. Itu yang aku tak mau. Aku tak ingin mama sedih. Cukuplah sedih
menjadi milikku kala itu.
Pun tahun-tahun berikutnya, aku tak peduli
saat kau beranjak besar. Aku tak cemas saat mendengar kabar kau kecil digigit
anjing liar saat bermain di halaman rumah nenek kita. Aku tak pernah menanyakan
kabarmu, sudah kelas berapa? Sudah bisa apa? Apa kau ingat bahwa aku adalah
kakak tirimu? Haha. Bagiku itu sama sekali bukan hal penting, dik. Aku tak
pernah menganggap kau ada. Kau tak lebih dari sekedar perusak mimpi-mimpi
bahagiaku. Kau tau, aku menyimpan tumpukan benci untukmu saat itu.
Saat adikmu yang di kemudian hari ku panggil ‘bungsu’
hadir, hubungan kita pun tak secuil pun membaik. Untuk apa? Toh kita punya
kehidupan masing-masing. Kau sudah puas karena mama menjadi milikmu dan bungsu
kan?
Sumber : sartika08.wordpress.com
|
Time flies ya, dik.
Tau-tau umurku bertambah, tau-tau isi kepalaku
semakin dewasa, tau-tau takdir memaksaku untuk bersinggungan cerita denganmu. Ku
akui, memang Tuhan penulis skenario yang maha menakjubkan.
Sesekali aku terpaksa menginap di rumah mama.
Di rumah milkmu. Di rumah milik bungsu. Oh bukan. Bukan terpaksa, tapi aku
memang menginginkannya. Entah sejak kapan isi kepala dan hatiku melunak. Entah di
detik mana, mataku tak lagi berkilat marah saat melihatmu.
Dan hari ini dik, sebuah peristiwa menegurku.
Sebuah peristiwa memaksaku untuk mengakui bahwa aku bukan hanya tak lagi
menyimpan benci, melainkan aku menyayangimu dengan sangat dan sungguh takut
kehilanganmu.
Aku masih di kantor, saat handphoneku
berdering. Mama menelpon.
“Halo ma ..”
Yang terdengar malah isakan panik.
“Maa .. halo
..”
“Nanang
belum pulang.” Ujar mama terisak.
Aku melirik jam tangan, pukul 15.47 WIB.
“Main PS
kali ma. Kan belum terlalu sore juga.”
“Nanang
nggak pernah kayak gini. Mama udah nyusul ke sekolah. Temen-temennya les, tapi
dia gak ada. Mama mau ke rumah om, minta bantuan.”
Deg.
Aku terpaku menatap handphone. Mau tak mau
hatiku dirayapi rasa cemas yang tak sedikit. Aku tau kau anak baik. Aku tau kau
tak pernah terlambat pulang seusai sekolah. Kalau sudah sesore ini kau belum
pulang, berarti .....
Oh Tuhan!
Aku yang biasanya menyukai hujan, mendadak
dibuat gamang karena curah air yang jatuh ke bumi itu. Aku ingin segera ke rumah,
ikut mencarimu. Tapi otakku masih mengandalkan logika. Menempuh jarak 30
kilometer dengan curah hujan yang tak sedikit, bisa membahayakanku, bukan malah
bisa menolongmu.
Pukul 18.10 WIB
Setelah beberapa kali menelpon mama dan tak
ada jawaban, akhirnya telponku diangkat.
“Halo ayuk..
ada apa yuk?”
Aku tertegun. Hei, itu suaramu kan dik?
“Ini Nanang
kan? Deeekk.. kamu kemana aja?”
Kamu pun bercerita singkat kejadian tadi
siang. Saat motormu dicegat seorang pemuda bertubuh besar. Laki-laki sialan itu
mengaku minta antar ke suatu tempat, kau setuju, namun berjam-jam lamanya kau
malah diajak berputar-putar tak tentu arah. Lantas semakin jauh dan jauh dari
rumah kita. Kau mengeluh ingin pulang, kau takut mama kita marah, kau juga
kelaparan, tapi laki-laki itu hanya berkata “nanti!”.
Aku tak bisa membayangkan andai keluarga kita
lamban bergerak. Andai sepupu kita tak gesit menemukanmu. Akan sejauh apa kau
dibawa. Akan selapar dan selemas apa yang kau rasakan. Oh dik, aku cemas,
sekaligus mengucap syukur tak hingga karena kini kau telah tiba di rumah.
Dengar, aku tau kau baik hati -hal yang
sangat aku sukai dari kamu. Tapi jangan sesekali gunakan kebaikanmu untuk orang
asing yang berniat mencelakaimu di jalanan. Jangan lekas percaya, dik. Jangan terlampau,
baik.
Doaku untukmu, semoga keselamatan selalu
dilimpahkan untukmu.
Aku menyayangimu entah sejak kapan, dik. Tapi aku
berjanji akan selalu menyayangimu. Menebus tahun-tahun yang aku gunakan untuk
menaruh benci padamu.
waah, itu orang jahat banget ya kak, kok bisa bisanya minta anterin, Nanangnya terlmpau baik juga. Untung tdk trlambt mnmukannya.
ReplyDeletesemoga trus menyayangi adkny y kk, mmperbaiki tahun tahun dlu :)
kirain Intan anak tunggal, tan.
ReplyDeleteIntan... surat ini menyentuh tiap katanya. Aku suka... Intan sekarang jadi kakak yang baik. :)
ReplyDeleteKami adalah perusahaan yang terdaftar, meminjamkan uang kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan keuangan mendesak, dan mereka yang telah ditolak kredit dari sana bank karena skor rendah kredit, pinjaman bisnis, pinjaman Pendidikan, mobil pinjaman, kredit rumah, kredit perusahaan (dll), atau untuk membayar utang buruk atau tagihan, atau yang telah scammed oleh pemberi pinjaman sebelum uang palsu? Selamat, Anda berada di tempat yang tepat, dapat diandalkan Pinjaman Perusahaan Ibu Kelly untuk memberikan pinjaman dengan tingkat bunga yang sangat rendah dari 2% telah datang untuk mengakhiri semua masalah keuangan Anda sekali dan untuk semua, untuk informasi lebih lanjut dan pertanyaan hubungi kami melalui email perusahaan kami: kellywoodloanfirm@gmail.com
ReplyDeleteTerima kasih
Terima kasih dan Tuhan memberkati
Ibu kelly