Menjalani hidup sebagai orang dewasa, kadang
bikin aku bak dihadapkan pada dua sisi mata uang, dua sisi yang nggak pernah
sama. Kadang semarak dan bikin happy, kadang bikin aku pengen nangis. Karena ya
.. kerja di media nggak bisa bikin aku duduk manis di kantor dengan sistem 8 to
5, tapi kadang dari pagi sampe malem sampe pagi lagi. Kasihannya masa mudaku!
Sampe aku pernah bilang sama orang terdekatku
saat ini,
“Kamu gak
pengen aku resign aja gitu? Kasihan nanti kamunya bakal sering aku tinggal
kerja.”
“Resign?
Jangan lah! Sayang kemampuan kamu gak dipake. Lagian juga kalo kamu tetap
kerja, ntar kan kamu bisa puas belanja-belanja. Uang kamu ya kamu pake aja
suka-suka, kebutuhan kita biar aku yang penuhin.”
*lalu aku nyengir *lalu ngebatin, prinsip
ekonomi cowok satu ini bikin aku pengen cepet-cepet dinikahin. Uang aku = uang
aku. Uang dia = uang aku juga. Haha.
But someday,
aku juga masih ngerasa insecure.
Melihat orang-orang yang sudah lebih dulu sukses,
bikin aku mikir “Puncak dari perjalanan
karir aku akan sampai di titik mana? Sebatas jadi karyawan biasa? Atau dititipi
kepercayaan yang lebih dari itu?”
Berapa lama sih jadi penyiar? Bisa jadi 10
hingga 20 tahun, atau bahkan lebih. Tapi jadi penyiar tentu bukan tujuan akhir.
Ada jabatan yang ingin diduduki, ada pencapaian yang ingin dipeluk erat, ada
kemampuan-kemampuan yang harus terus diasah hingga kehadiran diri bukan sekedar
menjadi pembeban keuangan negara, tapi justru bisa memberi sumbangsih dalam
wujud senyata-nyatanya.
Tapi .. pada akhirnya, manusia hanyalah
menjadi pihak yang bisa berencana sekaligus berusaha, tapi pada tahap
finishingnya, ada tangan Tuhan yang bekerja dengan sistem yang begitu padu. Melejit,
terpuruk, merangkak, tersuruk, silih berganti. Nggak ada kepastian yang bisa menjadi
pegangan. Justru sebaliknya, setiap detik yang kita punya, dihadiahi dengan
ketidakpastian.
Hari ini kaya raya, besok lusa bangkrut lalu
jadi gembel, bisa aja terjadi.
Hari ini sehat segar bugar, besok lusa malah
mengidap penyakit serius, bisa banget!
Itulah kenapa, saat kita sudah banting tulang
mencari lembaran rupiah, jangan sampai lupa untuk menyayangi diri sendiri
dengan melakukan tindakan-tindakan preventif, seperti misalnya memiliki
asuransi jiwa. Kapan seharusnya kita mulai memiliki asuransi? Lebih cepat lebih
baik. Seperti yang tadi aku bilang bahwa kita hidup dalam ketidakpastian, kita
nggak pernah tau apa yang akan terjadi di masa depan. That’s why, kita perlu
memiliki asuransi jiwa. Karena pada hakikatnya, asuransi adalah sarana pengendalian
resiko yang setepat-tepatnya.
Dari sekian banyak penyedia asuransi jiwa,
mana yang layak kita pilih? Tenang, kita bisa memilih Produk Asuransi Jiwa Terbaik di AIA Financial Indonesia. Banyak pilihan yang disediakan,
beberapa diantaranya
-AIA Life Secure : Proteksi Jiwa / Tabungan & Investasi
-AIA Priority Link : Life Protection / Saving & Investment
- AIA FAMILY FIRST PROTECTION : Life Protection
-AIA Infinite Link Assurance : Proteksi Jiwa / Tabungan & Investasi
-AIA Sakinah Assurance : Proteksi Jiwa / Tabungan & Investasi
Yuk bebaskan diri dari resiko hidup yang tak terduga
dengan Produk Asuransi Jiwa Terbaik di AIA Financial Indonesia. Kita
semua berhak untuk masa depan yang lebih baik, lepas dari kekhawatiran dan
ketidakpastian :)
mencegah selalu lebih baik dari mengobati yah Mba Intan :)
ReplyDelete