Uncu..
Marolah
dekek siko
Cubo
tengoklah sayo
Buekkan kain
besurek selembar sajo
Buek
kenangan kawan nang tecinto
Uncu..
Dasarnyo
alus pulo
Raginyo ragi
lamo
Peninggalan
datuk kek andung dulu kalo
Yang perlu
kito lestarikan besamo
Kain.. kain
besurek ragi lamo
Kini banyak
yang dapek membueknyo
Pacak dibuek
jadi kenangan
Dipakai baju
oi elok nian
Uncu..
Liek ado
nang datang
Samo-samo ke
siko
Katonyo ndak
pesan kain besurek pulo
Dibuek
kenangan balik ke kampungnyo
(Kain
Besurek – Darus Mahrowi)
Dari lirik lagu daerah Bengkulu di atas sepertinya sudah terjawab ya, mana penyebutan yang paling tepat untuk batik khas dari Bumi Rafflesia ini : Kain Besurek. Selain dari lagu daerah di atas, berdasarkan informasi yang aku peroleh saat mendengar acara dialog Seni dan Budaya Rafflesia yang digelar oleh Pro 4 RRI Bengkulu pada tanggal 29 September 2016 (menghadirkan budayawan Bengkulu yang kerap disapa Bung Mori) juga menyebutkan bahwa Bengkulu memiliki batik khas yang disebut Kain Besurek. Jadi fix, penyebutan yang benar adalah Kain Besurek. Bukan batik besurek mau pun batik kain besurek.
Batik khas Bengkulu : Kain Besurek
Jika Jogja memiliki batik yang memiliki motif khas berupa candi, maka Bengkulu memiliki batik yang memiliki ciri khas motif kaligrafi Arab. Diperkirakan (karena tidak ada catatan sejarah yang pasti mengenai si batik ini), pada abad ke 16 lalu, batik ini pertama kali diperkenalkan oleh keluarga Sentot Alibasyah. Dulunya, motif yang ada pada kain besurek hanya didominasi oleh flora dan fauna + kaligrafi, namun seiring waktu, motif ini semakin beraneka ragam, warnanya pun semakin beraneka rupa.
7 motif dasar batik khas Bengkulu – Kain Besurek
1. Bunga Rafflesia + Kaligrafi Arab
Dipakai oleh penghulu dan pengapit pengantin pada upacara pernikahan. Kopiah khas Bengkulu yang disebut destar, merupakan kain besurek yang bermotif kaligrafi arab dan bunga rafflesia. Selain itu, kain besurek motif ini juga digunakan pada acara-acara adat.
2. Rembulan + Kaligrafi Arab
Melambangkan ciptaan Tuhan yang sungguh elok. Biasanya digunakan oleh calon pengantin putri pada acara Bimbang Gedang, juga pada acara siraman.
3. Kembang Melati + Kaligrafi Arab
Mewakili motif flora. Digunakan pada acara cukur bayi dan upacara buaian. Kain yang digunakan umumnya berwarna merah.
4. Burung (misalnya burung punai) + Kaligrafi Arab
Mewakili motif fauna. Digunakan pada acara adat dan juga pada ziarah kubur.
5. Pohon hayat + Kaligrafi Arab
Digunakan pada bagian sisi-sisi bilik pengantin.
6. Kembang Cengkeh + Kaligrafi Arab
Digunakan pada upacara adat serta acara perkawinan.
7. Tumbuhan Pakis (paku) + Kaligrafi Arab
Jika suatu saat punya kesempatan untuk mengunjungi Museum Negeri Bengkulu, semua motif yang aku sebutkan di atas bisa dilihat langsung. Komplit.
--
Perkembangan batik Bengkulu – Kain besurek
Pada tahun 1983, Gubernur ke-2 Bengkulu, Suprapto, berinisiatif untuk memperkenalkan batik Bengkulu - Kain Besurek ini ke seluruh lapiasan masyarakat. Maka diadakanlah pelatihan-pelatihan membatik dari kelurahan ke kelurahan hingga ke pesantren-pesantren. Menyusul kemudian keluar lah surat edaran agar sekolah-sekolah juga instansi pemerintahan mengenakan Kain Besurek pada setiap hari kamis.
Lalu yang menjadi pertanyaan, apakah tidak apa-apa mengenakan Batik Bengkulu, si Kain Besurek ini sebagai pakaian? Kan ada huruf arabnya? Kan bisa aja dipakai masuk WC dan tempat-tempat lainnya?
Tenang. Kaligrafi arab yang ditulis pada kain adalah kaligrafi yang tidak bermakna, tidak diambil dari hadist, tidak pula diambil dari penggalan ayat suci Al-quran. Jadi sama sekali tidak masalah menggunakan kain besurek ini untuk pakiaian beraktivitas sehari-hari.
Namun demikian, memang ada pula kain besurek yang tulisannya bermakna, dua kalimat syahadat, misalnya. Ini dibolehkan, asal digunakan untuk pajangan (misal pajangan dinding) dan bukan untuk dipakai.
Selain sudah digunakan secara turun menurun di sekian banyak acara, rasa-rasanya kain besurek memang layak untuk diperhatian lebih karena memang batik dari Bengkulu ini memiliki corak yang apik dan unik. Tidak heran jika pemerintah terus berupaya untuk memperkenalkan kain besurek hingga ke luar daerah. Beberapa waktu lalu, kain besurek juga sempat berjaya lewat peragaan busana tingkat nasional yang diprakarsai seorang desainer asal Lebong, Baes Adi Mulyadi. Batik Bengkulu tampil semakin cantik karena didesain dengan versi kekinian.
Namun tentu saja, untuk memperkenalkan kain besurek sama sekali bukan tugas pemerintah atau tugas desainer saja. Butuh dukungan dan promosi dari semua pihak. Terlebih dengan maraknya batik printing dari negera tetangga akhir-akhir ini. Harganya jomplang sekali dengan batik asli (batik yang memang proses pengerjaannya super panjang, memakan waktu, biaya dan kesabaran yang nggak sedikit). Kembali lagi ke masing-masing individu, masa sih kita tidak rela sesekali merogoh kocek agak dalam demi menjaga kelestarian budaya daerah sendiri. :)
Jadi kain ya. Bukan batik.
ReplyDeletesaya pernah baca sejarahnya kalau batik itu istilah prosesnya, bukan kainnya.. jadi batik itu menghiasi kain dengan cara menutupi bagian bagian tertentu menggunakan canting yang ada malamnya atau lilin. hehe
ReplyDeletesalam kenal
Batik Bengkulu ini mempunyai ciri khas yang beda ya, Ntan. Pernah waktu itu mendengarkan workshop buat mbatik itu prosesnya luar biasa kreatifnya :)
ReplyDelete