Hai.
Sebenarnya bingung mau mulai
cerita dari mana. Karena sebelumnya gak punya niatan mau sharing seputar saham
di blog ini, apalagi di instagram story. Takut euy. Takut dijudge ini itu anu. Habis
gimana, masih banyak yang menyamakan saham dengan bitcoin, forex, dll. Atau malah
ada yang nyamain sama MLM? Hehe. Padahal kalo mau browsing, zaman sekarang udah
enak banget mau nyari info tentang saham. Dari soal halal haramnya,
keuntungannya, kesulitannya, dll. Semua informasi ada di ujung jari.
Btw, dari yang awalnya nggak mau
sharing apa pun soal saham, aku jadi gregetan juga pengen cerita-cerita. Jadi awalnya
tuh beberapa hari lalu ikutan mini giveaway di akun @ngertisaham, ndilala
komenannya dicapture & masuk instagram story mereka. Berimbas pada DM
instagram yang mendadak cukup ramai dengan pesan-pesan dari teman-teman baru
yang nanya seputar saham. Daripada ngetik hal yang sama berulang kali, mending
tulis di blog aja ya kan. Kalo ada yang nanya, tinggal kasih link postingannya
hehehe. Praktis!
Genks, kita samakan persepsi dulu
ya sebelum jauh bicara soal saham.
SAHAM = bukti kepemilikan
perusahaan.
Sesimple itu.
Jadi please jangan disama-samakan
sama bitcoin, forex dan teman-temannya itu. Beda. Beda jauh.
Beli saham itu sebenernya sama
aja kayak kita invest sejumlah uang di perusahaan punya temen, lalu kemudian
berbagi keuntungan. Sound familiar? Ya saham mekanismenya juga kayak gitu.
Malah lebih enak lagi, karena laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang
sahamnya diperjualbelikan bisa diakses dengan mudah. Jadi kamu bakal gampang
banget tau, itu si perusahaan A labanya berapa, hutangnya berapa,
pertumbuhannya kaya gimana, suka bagi dividend ato pelit. Semuanya bisa kamu
cek.
Perusahaannya ada apa aja?
Banyak. Banyak banget.
Perbankan ada, consumer good ada,
pertambangan ada. Komplit. Tinggal pilih aja kamu maunya jadi pemilik sekian
persen saham perusahaan mana.
Harganya?
Beda-beda dong. Harga saham satu
perusahaan dengan perusahaan lain tentu aja beda. Tergantung performa si
perusahaan. Kalo performa oke, laba naik terus, harganya tentu akan mengikuti.
Nah, yang paling penting juga
adalah motif yang melatarbelakangi kenapa kamu pengen beli saham.
Pengen cepet kaya?
Plis gausah beli saham. Mending ngepet
aja kayak di FTV-FTV. Wkw. Gabisa beb berharap semu hari ini beli saham,
besoknya return 50%. Mimpi. Eh bisa sih, tapi itu case khusus. Pasti sedang ada
pergoncangan di bumi ini sampai harga saham bisa melejit atau menukik
sedemikian rupa. Ini aku lagi bicara soal saham bluechips ya, kalo saham
gorengan sih tinggal osreng aja harganya udah naik turun ga masuk akal.
Harga saham pasti bakal naik?
Naik turun dia tuh. Tapi kalo
fundamental oke, kinerja oke, dalam jangka panjang kemungkinan besar akan naik.
Jangka panjang, seberapa lama?
Minimal 5 tahun deh.
Jadi kalo kamu punya uang
simpanan buat nikah tahun depan, jangan dijajanin saham dan mengharap capital
gain. Iya kalo tahun depan harganya naik, kalo lagi goyang, emang mau batal
kawin?
Kalo mau investasi saham mending
pakai ‘uang dingin’, ‘uang nganggur’ atau apa pun lah yang nggak akan
mengganggu stabilitas kehidupan sehari.
Aku sendiri meski udah yakin
banget mau investasi saham dalam jangka panjang, tetap nahan-nahan diri buat
gak pake uang gaji dari kantor. Saham cuma boleh dibeli dari sumber income
lain. Kalo dalam kasusku ini, aku baru beli saham kalo fee kerjaan online kayak
ngebuzzer atau job review sudah meleleh. Biar hati tenang walo pergerakan harga
saham naik turun tidak terkendali. Karena dana darurat, tabungan berjangka
& uang cash di dompet harus tetap ada. Gicuuu. Jadi uangmu jangan dihabisin
buat saham semua beb. Kalo lagi butuh cash, masa harus jual saham dulu? Kalo pasar
lagi merah, rugi dong kamyu.
Amannya, kamu udah punya budget
untuk hal-hal ini sebelum investasi saham.
Dana
darurat.
Kita gak tau apa yang akan
terjadi esok hari. Entah bakal kena mutasi, entah income lagi seret, entah
sodara butuh bantuan, dan lain-lain. Kita gak pernah tau. Makanya kita butuh
dana darurat untuk menutupi jika sewaktu-waktu terjadi kejadian tak terduga
yang butuh biaya. Besaran dana darurat tentu aja beda-beda per individu. Antara
yang single, menikah, apalagi beranak dua, tentu nominal dananya akan berbeda.
Dana
untuk asuransi kesehatan.
Aku pernah ngalamin dong. Nginep 4
ato 5 malam di rumah sakit, abis 3 jutaan karena gak punya asuransi kesehatan.
Pft monang. Jadi punya asuransi kesehatan itu hukumnya wajib jib jib. Kalo gak
mau beli asuransi kesehatan premium, BPJS juga udah sangat membantu. Jangan nunggak-nunggak
bayar angsuran bulanan tapi ya. Kasian negara. Negara mau bantu kamu, kamunya
gak kooperatif. Kan nengel.
Tabungan
jangka pendek.
Kalo untuk kebutuhan setahun dua
tahun ke depan, mending nabung manual aja dibanding beli saham. Daripada daripada
ya kann. Mending cari yang aman-aman saja. Kalo susah nabung, kayak aku aja
pakai tabungan berjangka. Mau gak mau harus nabung sekian sekian per bulan. Rasanya
pahit kayak bayar cicilan bank, tapi pas uangnya cair setahun dua tahun
kemudian, berasa dapat uang kaget. Haha. Oh iya, untuk tabungan jangka pendek
yang aman juga bisa beli obligasi pemerintah deng. Terjamin &
menguntungkan. Meski gainnya di bawah saham. Tapi gak kenal porto merah beb. Pasti
aman. Kapan-kapan aku bahas soal obligasi deh ya.
Jenis
investasi sebanyak itu, gaes. Ada obligasi, ada deposito, ada reksadana, juga masih
ada yang lainnya. Mana nih yang paling bagus? Yang paling bagus tentu aja
investasi yang sesuai sama kebutuhan kamu. Misalnya nih, kamu mau nyimpen dana
darurat, bijak gak kalo kamu nyimpennya dalam bentuk saham emiten tertentu? Nggak.
Soalnya harga saham sefluktuatif itu. Ketika ada kondisi darurat yang membuat
kamu harus mengambil sejumlah dana di budget dana darurat, masa harus jual
saham? Tekor dong nanti kalo ternyata saham milik kamu lagi ‘merah’.
Untuk
dana pendidikan anak, dana haji, atau dana buat beli mobil tahun depan pun
terlalu beresiko kalo nyimpennya di saham, lebih baik investasi jangka pendek untuk pemula misalnya dengan jangka satu tahun yang bikin untung. Kamu bisa
beli obligasi pemerintah, kamu bisa nyimpen dana di deposito, kamu bisa beli
reksadana pasar uang, pokoknya pilih yang pergerakannya yang tidak begitu naik
turun, bikin hati deg-degan. Kalo saham, aku pribadi menjadikannya sarana
menuju kebebasan finasial di masa tua, sebagai dana pensiun, sebagai sumber
sumber income dengan dividennya yang bikin seneng. Jadi bukan sebagai sarana
cuan-cuan sesaat saja.
Kebutuhan
sehari-hari sudah aman.
Mentang-mentang ngejar pengen
punya saham ICBP yang banyak, akhirnya bela-belain makan Indomie tiap hari. Duh
jangan. Kesehatanmu nomor satu. Lagian investasi itu harusnya menyenangkan,
jangan sampe bikin kamu sengsara, ujung-ujungnya malah trauma. Santai aja. Pelan-pelan.
Jangan serakah lihat gain yang pelan-pelan merekah.
Nah, sekarang aku cerita dulu
gimana ceritanya aku kenal saham yay.
Akutu kerja yang beneran kerja di
kantorku sekarang mulai dari tahun 2014. Dari zaman masih kuliah. Kalo dihitung-hitung,
dari mulai masuk kerja, sampai sekarang, gajiku udah naik sekitar 3x dari
semula. Tapi sialnya aku tetap ngerasa kurang. Habis mulu gabisa nabung. Ada yang
senasib?
Karena ngerasa lemah banget
urusan finansial, bulan Oktober tahun lalu, aku ikutan Money Class dari Jouska.
Ada followers Jouska kah di sini?
Simply karena di tahun 2017 sudah
pernah ikut langsung workshop sama Mas Aakar, founder Jouska. Waktu itu ga
sengaja sih ikutnya. Kebetulan lagi di Jakarta karena lagi diklat. Pas weekend
ada acara dari komunitas Emak Blogger, ikutan deh, dan ternyata bahasannya soal
keuangan. Cincai. Jadi akutu udah jadi followersnya Jouska sejak instagramnya
masih baru, sampai sekarang udah hits banget.
Nah singkatnya, di Money Class
itu, peserta diajarin buat aware sama
Dana darurat
Asuransi kesehatan
Investasi
Investasi yang disinggung adalah
saham. Tapi waktu itu belum tertarik. Saham itu masih begitu jauh rasanya. Gak kebayang
belinya kayak gimana. Ribet. Dan kayaknya mahal.
Pulang dari Money Class, masih
suka mantengin instagram Jouska. Dari mulai lihatin postingannya, baca caption
sampai baca-baca kolom komentar. Dan di kolom komentar itulah nemu akun
@ngertisaham. Dulu namanya masih Ruang Saham.
Waktu itu langsung tertarik sama
konten yang mereka hadirkan karena berasa dekat aja gitu sama kehidupan
sehari-hari. Ingat banget waktu itu lagi bahas tentang Stock Pick Indomie.
Siapa sih yang gasuka Indomie?
Apalagi varian mie gorengnya yang
enak banget astaga. Enaknya gak luntur dari dulu sampai sekarang masa.
Dan meski sudah mengkonsumsi
Indomie bertahun-tahun, baru di 6 bulan terakhir aku baru ngeh kalo aku bisa
jadi pemilik sebagian keciiiiillll (maksudnya kecil banget haha) saham Indomie.
Yap, jadi pemiliknya Indomie loh meski persentasenya 0,000000000001. Buseet. Nolnya
banyak banget ya wkwk. Tapi tetap lebih baik dibanding sekedar jadi konsumen
dari tahun ke tahun.
Semangat banget pokoknya stalking
akun instagram @ngertisaham waktu itu (Sampai sekarang pun masih sih hehe). Sambil
sekalian browsing. Nyari tahu halal tidaknya transaksi saham bagi pemeluk agama
Islam, saham itu mekanismenya seperti apa, saham apa yang oke buat pemula,
sampai ke perusahaan sekuritas.
Seminggu kemudian aku datang ke
perwakilan BEI di Bengkulu. Alamatnya di Pintu Batu (Samping Surya Bakery). Aku
memilih perusahaan sekuritas karena bisa daftar online, plus biayanya cuma 100
ribu (itu pun balik lagi jadi saldo di RDN, jadi sama aja kayak gratis sih). Sebenarnya
kalo males datang ke kantornya bisa kok diberesin pakai cara online. Jadi kan
daftar isi data-data secara online, dah tu diprint, lalu dokumennya dikirim ke
kantor Indopremier pusat di Jakarta. Tapi karena males ngirim-ngirim, mending
sekalian aja mampir ke Indopremier Bengkulu.
Nah, jadi di situ aku buka RDN
alias Rekening Dana Nasabah (kalo mau beli saham, ya harus punya RDN dulu beb).
Nunggu RDN beres, dapat password, SID & SRE, sekaligus diajarin cara beli
saham via aplikasi di smartphone atau via website. Ga sampai seminggu, udah
bisa beli saham incaran.
Iya segampang itu huhu. Sama aja
kayak belanja online. Asli. Ga ada ribet-ribetnya sama sekali.
Segitu dulu ya sharingnya. Udah panjang
banget ini. Pan kapan dilanjutin lagi. Mungkin versi 9 bulan atau 1 tahun
belajar investasi saham. Hehe.
Sharing dong di kolom komentar,
kamu udah investasi saham belum? Kalo belum, kendala atau ketakutannya apa? Sini kasih tau aku :)
Sound interest mbak.. Aku blum investasi saham karna emang blum ngerti mbak .. Pengennya t bljar langsung. Atau kayak mbak lah. Ada ikut kegiatan workshopny gtu. Hehe
ReplyDeleteD tunggu next post hehe..
ReplyDelete