“Jadi
totalnya Rp 64.500,- ya Kak.”
Begitu mendengar totalan belanja
dari mbak minimarket dekat kampus itu, aku langsung merogoh isi totebag yang sedang aku sandang.
Loh kok .. kok gak ada?
Aku coba cari sekali lagi. Kali
ini lebih teliti, tapi tetap saja dompet cokelat mungil yang aku jadikan
sebagai tempat menyimpan berbagai kartu & uang tunai itu, tidak aku
temukan. Aku mulai panik. Lalu aku pun tersadar,
“Ya
ampun, dompetnya kan lupa aku masukin ke totebag yang ini!”
Kebiasaan ganti-ganti totebag tiap ngampus niatnya sih biar
keren, tapi justru barang yang penting gak ikut dipindahin. Dasar aku.
“Hehe
hehe. Maaf ya Mbak. Dompet aku ketinggalan. Aku ambil dompet dulu. Nanti aku ke
sini lagi.”
Mbaknya tersenyum maklum.
Pembeli yang antri di belakangku,
ikutan senyum-senyum.
Ya ampun, malunya! Udah angkut
minuman dingin & cemilan seabrek, tapi gak bisa bayar. Haus & lapar sih
masih bisa ditahan, tapi rasa malu yang aku alami saat itu, masih terkenang-kenang
hingga sekarang. Padahal kejadiannya udah beberapa tahun lalu loh. Definisi
sebenarnya dari gagal move on, bukan
tuh?
---
Tahun berganti, teknologi pun
berinovasi. Kalo dulu ketinggalan dompet bikin rasa malu gak mau pergi,
sekarang untungnya aku udah punya solusi. Kalo mau bayar belanjaan di
minimarket, jajan makanan di kafe ato resto, jajan kopi di mall, aku gak perlu
lagi ribet cek ricek apakah ada dompet di dalam tas yang aku bawa. Udah gak
perlu. Bye sama keribetan seperti itu.
Aku cukup bayar dengan menggunakan bantuan smartphone
saja.
Cashless. Kalo
dulu, sistem cashless ini identik
dengan kartu debit atau kredit, nah sekarang sistem pembayaran digital makin
canggih & simple. Sudah bisa
dilakukan dengan menggunakan QR Code atau QR Payment. Kalo sebelumnya, kita masih
harus bawa dompet berisi kartu-kartu, sekarang bawaan lebih enteng. Cukup bawa smartphone saja.
Kalo ketinggalan smartphone gimana dong?
Emang bisa ninggalin smartphone? Aku sih nggak.
Kemungkinannya kecil sekali. Aku ini termasuk dari bagian generasi millenial yang setiap harinya bisa
melakukan banyak hal selama smartphone dalam genggaman. Ngurusin kerjaan, baca
buku, chattingan sama teman, belanja online, main game, sampai ke pembayaran digital pun sekarang udah bisa banget
dilakukan dengan bantuan smartphone.
Semua urusan jadi simple & mudah.
Balik lagi ke QR Code. Btw, QR Code (Quick Response Code) ini
adalah metode pembayaran tanpa uang tunai dengan melakukan pemindaian kode yang
berbentuk dimensi. QR Code awalnya digunakan untuk pelacakan kendaraan di
bagian manufaktur yang kodenya dikembangkan oleh Denso Wave (anak perusahaan
Toyota) pada tahun 1994. Sekarang QR Code sudah digunakan untuk berbagai bidang,
termasuk salah satunya adalah transaksi pembayaran digital.
Selain gak usah ribet bawa dompet
kemana-mana, aku juga senang sekali menggunakan QR Payment karena prosesnya
cepat dan lancar, dibandingkan bayar secara tunai atau pun pake kartu kredit
atau debit, QR Code tentu saja lebih responsif. Dengan sistem ini, kalo di barcodenya ada
sedikit kerusakan, masih bisa banget di-scan atau dipindai oleh sistem di
smartphone. Tapi kalo pake kartu, ada resiko kartu rusak atau malah mesinnya
yang erorr. Alih-alih mau cepet, yang ada malah harus tap tap atau menggesek
kartu berulang kali. Makin lama & buang-buang waktu. Ujung-ujungnya bayar
pakai uang cash & terjadilah ..
“500 rupiahnya boleh disumbangkan, Mbak?”
“Waduh.
Uang kecilnya ga ada nih. Kembaliannya boleh diganti permen saja, Kakak?”
Sounds
familiar, gaes? Hehehe.
Dengan menggunakan QR Payment,
belanja jadi lebih hemat & efisien. Gak ada uang kembalian yang berubah
wujud menjadi permen. Gak ada juga anggukan terpaksa saat diminta menyumbangkan
pundi-pundi rupiah. Mau bayar jajanan, segampang memindai kode hingga muncul
jumlah tagihan yang harus dibayar pada layar handphone, klik bayar, lalu beres.
Kurang gampang apa, beb?
Pembayaran dengan QR Code juga
nggak jarang bertabur cashback &
promo yang menggiurkan. Asal dimanfaatkan sesuai kebutuhan, cashback & promo ini tentu saja
sangat membantu penghematan uang belanja sehari-hari. Terus, kecenya lagi, kita
juga bisa memantau pengeluaran tanpa harus dicatat secara manual, karena setiap
transaksi ada catatannnya. Menjauhkan diri dari perasaan halu.
“Kayaknya
aku udah lama banget nih gak ngopi-ngopi cantik di Kedai X.”
Yakin?
Pas dicek, ternyata baru 5 hari
lalu kok ngopi cantiknya. Padahal budget
buat ngopi-ngopi cuma 2 minggu sekali. Nah, pembayaran dengan QR Code itu
membantu kita juga untuk lebih patuh pada perencanaan & budgeting keuangan masing-masing.
Pengeluaran berdasarkan data yang ada, bukan mengandalkan perasaan semata.
Untuk penjual pun, penggunaan QR
Code juga menguntungkan karena penjual tidak perlu repot mencari uang kecil
untuk kembalian. Penjual juga tidak perlu takut dengan risiko menerima uang
palsu. Dan sama seperti pembeli, penggunaan QR Code juga bisa membantu penjual
dalam hal pencatatan transaksi mereka. Keluar masuknya uang, jadi lebih
tercatat rapi deh.
Tapi nih, masih ada yang
mengganjal.
Selama ini, setiap layanan
memiliki QR Code yang berbeda-beda. QR Code hanya bisa digunakan di merchant yang bekerja sama dengan
penyedia aplikasi tersebut. Misalnya, merchant
hanya bekerja sama dengan OVO, maka pembeli hanya bisa menggunakan OVO untuk
membayar tagihannya. Kalo dianya punya Go-Pay, Dana atau LinkAja (QR Code
bentukan sinergi BUMN) , gimana dong? Lumayan PR juga kan nyari merchant sesuai dompet digital yang kita
gunakan. Di sisi lain, pedagang juga repot kalo harus menyediakan layanan yang
beragam, itu artinya ia harus menyediakan lebih dari satu QR Code. Repot paket
combo!
Nah untungnya, pada 17 Agustus
2019 lalu, Bank Indonesia (BI) telah meluncurkan QR Code Indonesia Standart (QRIS)
atau kode QR Indonesia dan akan berlaku efektif per tanggal 1 Januari 2020.
Dengan adanya standarisasi QR Code ini, masyarakat & merchant nantinya hanya butuh satu kode unik untuk melakukan
pembayaran dengan berbagai aplikasi dompet digital. Jadi mau itu OVO, Go-Pay,
Dana atau LinkAja, bisa menggunakan satu QR Code. Sungguh kepraktisan yang memudahkan
pembayaran digital. Luv!
Menurut informasi yang aku baca,
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengatakan bahwa standarisasi untuk QR
Code ini dibuat dengan tujuan mendorong efisiensi transaksi, mempercepat
inklusi keuangan, memajukan UMKM dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sesuai dengan semangat yang diusung QRIS yaitu UNGGUL, yang merupakan singkatan
dari Universal, Gampang, Untung & Langsung. FYI nih, QRIS disusun oleh Bank
Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dengan menggunakan
standar internasional EMV Co. Jadi, keamanannya terjamin banget dong.
Tentunya, dengan adanya QR Code
Standar ini, akan semakin banyak kafe, restoran, toko besar, warung kecil, bahkan
penjual makanan gerobak yang akan menyediakan QR Code sebagai alternatif
pembayaran. Karena seperti tujuannya, sistem QR Code memang dimaksudkan
menyasar hingga ke pedagang kecil seperti di pasar-pasar tradisional.
Gimana? Gimana?
Apa kamu sama sepertiku yang udah
ga sabar pengen beli cabe & bawang pake sistem QR payment? So excited!
#PakaiQRStandar
#Feskabi2019
#GairahkanEkonomi
#MajukanEkonomiYuk
#TransaksiLancarPakaiQRStandar
semua jadi cashless ya, ramah lingkungan :D
ReplyDeleteIya ya. Sekarang lebih enteng kehilangan dompet daripada kehilangan hp. Enak nih bisa bayr dan memghindari kembalian permen hehehe..
ReplyDelete