Ketika ambulance dari Dinkes
masuk ke pekarangan kantor dan para tenaga kesehatan mulai turun, airmataku
rembes juga. Gak tahan. Ini pertama kalinya aku secara live melihat nakes dengan APD
lengkap berikut hazmat. Hati nyilu, sedih, deg-degan. Telapak tangan mulai
dingin, berkeringat, gemetar ..
Semalam aku bolak balik nanya ke
suami, apakah harus rapid test atau nggak. Sejujurnya grogi berat. Kalau ternyata
reaktif, hidup bakal punya tantangan baru toh. Harus isolasi mandiri, harus ikut
pemeriksaan lanjut, belum lagi harus menghadapi stigma ini itu. Rasanya nggak
siap. Suami membebaskan, aku boleh ikut test kalau siap, tapi kalau belum-belum
rasanya udah mau pingsan, aku bisa nenangin diri dulu.
Besoknya aku memutuskan untuk
ikut rapid test. Meluk suami dulu sambil nangis. Dan sekarang lihat nakes pakai
hazmat, aku nangis lagi. Duh cengeng!
“Dek
.. hei gakpapa!”