“Hal yang paling menyenangkan di tengah masa sulit adalah kesehatan yang baik dan tidur yang cukup.” – Knute Nelson

Suatu hari di awal tahun 2022..

“Sayang, tolong bantu ambilin HP Intan dong, sekarang jam berapa sih?” 

Aku membangunkan suami, gak kuat bangun karena rasa nyeri luar biasa pada area dada bagian bawah & perut, yang aku rasakan. 

Ternyata pukul 2 dinihari. 

Ketika menikah 2 tahun lalu, selain bikin budgeting keuangan untuk kehidupan sehari-hari & masa depan, aku & suami juga bikin travel bucket list. Daftarnya puuaanjang pwol haha. Tapi karena kami berdua sama-sama cungpret alias masih berada di kasta terendah di tempat kerja masing-masing, kami berdua cukup sadar diri untuk mencontreng daftar itu pelan-pelan. Ya realistis aja sih sama budget, setahun sekali bisa travelling ke luar Provinsi, juga tetap harus disyukuri.

Prinsip kami, jangan maksa! Baik itu maksain kondisi diri maupun ekonomi. Dulu, pas zaman-zaman covid lagi heboh banget, kami taat untuk tidak bepergian walo tiket pesawat lagi murah, walo kerja lagi sama-sama WFH. Tapi a big no buat kabur-kaburan, keselamatan & kesehatan tetap nomor satu. Kami juga gak maksa liburan kalo emang dananya belum cukup gaes. Lebih baik liburan setahun sekali tapi happy, daripada maksain pergi berkali-kali tapi tabungan lupa diisi.

Berdasarkan survei dari The People’s Almanac Book of List terhadap 3000 orang di Amerika mengenai ketakutan terbesar mereka, ternyata 630 orang alias 21% menyatakan bahwa public speaking adalah hal yang paling menakutkan. Lebih menakutkan ketimbang kematian yang berada di posisi ketujuh. Astaga hahahaha 😭

Tapi sejujurnya meski sudah jadi penyiar radio sejak 2012, setiap kali ngeMC atau ngisi materi di depan orang banyak tuh, aku masih aja langganan meriang. Banyak takutnya. Takut lupa materi, slip tongue, penonton resek, permasalahan teknis dan seabrek kekhawatiran lainnya. Huhu sejujurnya lebih nyaman bercerita dari balik layar kayak gini daripada ketemu tatap muka sama sekian banyak orang *introvert detected

“Yahh.. masa Ibu harus ngeluarin Rp 150.000 tiap bulan buat transfer doang? Biasanya cuma Rp 6.500.”

“Transfer ke mana buk yang tarifnya Rp 150.000? Bukannya tarif transfer jadi lebih murah, karena udah ada BI-FAST. Kok jadi makin mahal sih?”

“Ini loh, Ibu nerima pesan dari BRI.”

Ibu memperlihatkan sebuah pesan berisi tautan dokumen & foto yang menunjukkan terjadinya perubahan tarif transfer BRI dari yang sebelumnya Rp 6.500 menjadi Rp 150.000 per transaksi.

“Eh tapi kalau Ibu gak setuju sama perubahan tarif transfer, bisa kok isi dokumen. Ini ada tautannya.. Loh, ini kok minta data pribadi ya?”

Hidup berjalan tidak mengikuti kehendak kita. Kadang rasanya hari-hari terasa lancar sekali, dipenuhi bunga-bunga. Tapi di hari lain, rasanya pengen menghilang aja dari bumi atau berharap kehidupan bisa di-restart sekali lagi. Pernah begitu? Kalau pernah, TOSS.. aku juga pernah kok, namanya juga hidup sebagai manusia. Nggak mungkin akan lancar selamanya, tapi bukan berarti kita boleh menyerah gitu aja. Suka gak suka, kita harus belajar memisahkan, mana hal-hal yang di luar kendali kita, mana yang bisa kita kendalikan. Yang pertama di-bodo amat-in aja, nah yang kedua baru deh kita usahakan sebaik-baiknya. 

Btw, kalau hidup sedang tidak baik-baik saja, mungkin itu waktunya untuk rehat sejenak, memberikan waktu untuk diri kita melakukan self healing. Jangan lupa, cari kegiatan healing yang gak bikin kita pusing ya gaes. Kalau healingnya tuh harus banget bepergian jauh, belanja-belanja, makan enak, yaaa boleh sih, tapi takut boncos hahaha. Kalau buat aku, ini beberapa alternatif healing yang bisa bikin semangat lagi. 

Hidup adalah perjalanan .. memang benar adanya!

Kadang rasanya sungguh hore sekali

Kadang merasa 'stuck' & pengen menghilang aja dari bumi

Adalah aku yang 8 tahun lalu merasa sedang didatangi keberuntungan. 'Dipinang' untuk kerja saat masih semester enam kuliah. Cuma bermodalkan menang sebuah lomba, pekerjaan menyenangkan itu datang tanpa harus desak-desakan mengajukan lamaran. Gajinya lumayan, kerjaannya nyaman, jadi apa yang harus dipusingkan?

Rasa nyaman yang melenakan. 

Zona nyaman yang memabukkan. 

Alhamdulillah tahun ini bisa merayakan meriahnya lebaran, bertemu keluarga & jalan-jalan. Tahun lalu lebarannya mellow banget, aku menemani suami yang lagi isolasi mandiri karena covid. Beneran cuma bengong di rumah aja, nunggu kiriman rendang & lontong dari ibuku & ibu mertua huhu. Jadi ketika tahun ini bisa berlebaran dalam keadaan sehat tuh, ya Allah bersyukur sekali rasanya. Saking excitednya berlebaran, gak ada tuh ceritanya diem-diem aja di rumah, bolak balik ke rumah bapak ibu & mertua, gas jalan-jalan sampai cuti bersama habis tak bersisa. Capek, tapi happy!

Di masa-masa libur lebaran, meski pola hidup udah beda sama kayak pas Ramadhan, tersedia banyak makanan enak, banyak kegiatan seru, tapi aku gak mau juga terlena, aku tetap berusaha jaga kesehatanku & suami. 

Akhir 2021 lalu aku & suami liburan 3 hari ke Jogja. Sebetulnya liburan dadakan saja, karena kami ada urusan di Jakarta. Dan kesepakatannya adalah ..

“Kalau urusan kita udah beres & ada sisa cuti 1 hari, kita ke jalan-jalan ke Bogor, kalo sisa cuti 2 hari, kita jalan ke Bandung, nah kalau sisa cuti kita masih ada 3 hari, kita sekalian aja deh ke Jogja!”

Sangat random! haha. Maklum, waktu itu situasi pandemi cukup terkendali, jadi lumayan pede untuk bepergian. Apalagi sejak menikah di tahun 2020 lalu, kami belum pernah bepergian ke luar kota berdua. Jadi anggap saja honeymoon yang tertunda. Tertunda nyaris 2 tahun lamanya.

Mengawali tahun 2022 dengan kena asam lambung & radang usus buntu, cukup jadi alasan buat aku untuk merombak kembali resolusi tahun ini. Dari yang awalnya ingin begitu begini, ingin meraih itu & ini, berubah menjadi refleksi diri. Kenapa nih bisa kena asam lambung? Kok bisa sampai radang usus buntu? Apakah hanya faktor telat makan & sering jajan seblak aja nih? Atau ada hal lain yang bikin kepikiran? Jadinya stress, ngaruh ke pola makan, pola tidur & semua aspek sehari-hari.

Oh mungkin karena stress kali ya ditanyain kapan punya anak mulu? Hehe. Padahal sudah berusaha loh, sudah mencoba ke dokter kandungan, andrologi, pengobatan tradisional, tapi kalau belum dikasih rezeki anak, harus apa dong selain berusaha lagi & berdoa makin kenceng?

“Makanya jangan terlalu sibuk kerja.”

“Sengaja nunda-nunda ya? Kapan lagi sih mau hamil?”

Ngapain ke dokter/klinik gigi kalo belum ada problem serius?

Ah ribet banget, mesti daftar dulu, antri dulu, belum lagi pemeriksaannya lama.

Udahlah mulut & gigi diuwek-uwek, eh malah harus bayar mahal. Mending uangnya buat jajan daripada ke klinik gigi.

Hayo ngaku, dari sekian alasan itu, mana yang paling relate sama kamu & bikin kamu malas untuk periksa kesehatan gigi?

Padahal kan katanya periksa kesehatan gigi itu baiknya 6 bulan sekali, cuma nih aku yakin masih banyak yang bandel, soalnya aku juga gitu huhu.

Sejak usia 20an kerja jadi penyiar radio, sempat membuat aku gak begitu peduli sama penampilan diri. Yang penting bersih & rapi aja udah sih, yang lain gak perlu dipikirin amat. Eh, tapi ternyata makin ke sini, siaran radio juga udah bertransformasi. Siaran yang dulunya hanya mengandalkan suara, makin ke sini makin butuh penampilan juga, karena siarannya sudah merambah ke live instagram, youtube, tiktok & lainnya. Mau gak mau, suka ga suka, urusan wajah & penampilan sih ga bisa dijadikan nomor 2, sama pentingnya kayak suara.

Makanya aku pun mulai rajin skincarean. Dulu pas awal-awal masih bingung & hilang arah. Nyobain beragam skincare tanpa nyari tau dulu peruntukannya, sering berakhir dengan perasaan menyesal. Menyesal kulit wajahnya makin ngambek, menyesal juga karena isi rekening ikutan ngambek hahaha. Untunglah makin ke sini, brand lokal gak kalah saing. Scarlett nih contohnya *idola sejuta wanita Indonesia hehehe